Selasa, 20 Oktober 2015

Pendidikan Multikultur
A.        Pengertian Pendidikan Multikulturalisme
Pendapat Andersen dan Cusher ( 1994:320 ), pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. James Banks ( 1993:3 ) pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya, pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan ( anugrah tuhan atau sunatullah ). Muhaemin el Ma’hady, pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebgai pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan demografi dan kultural lingkungan masyarakat tertentu bahkan dunia secara keseluruhan ( global ).
Hilda Hernandez pendidikan multikultural sebagai prespektif yang mengakui realitas politik,sosial,dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya budaya, ras, seksualitas, agama, gender, etnisitas, status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.
Paulo Freire, pendidikan bukan merupakan “ menara gading “ yang berusaha menjauhi realitas sosial dan budaya. Pendidikan menurutnya harus mamapu menciptakan tatanan masyarakat yang terdidik dan berpendidikan, buka sebuah masyarakat yang hanya mengagungkan prestise sosial sebagai akibat kekayaan dan kemakmuran yang dialami.
James Banks ( 1994 ), pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu : Pertama, Content Intergration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kerealisasi dan teori dlam mata pelajaran/disiplin ilmu. Kedua, the knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran ( disiplin ). Ketiga, an equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, budaya ataupun sosial. Keempat, prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menetukan metode pengajaran mereka.
Secara umum peserta didik memiliki lima ciri yaitu :
1.      Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam keadaan berdaya untuk menggunakan kemapuan, kemauan, dan sebagainya.
2.      Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.
3.      Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
4.      Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan potensi-potensi dasar yang dimiliki secara individual.
Mengenai fokus pendidikan multikultural, Tilaar mengungkapkan bahwa dalam program pendidikan multikultural, fokus tidak lagi diarahkan semata-mata kepada kelompok rasial, agama dan kultur dominan atau mainstream. Dalam konteks teorits, belajar dari model-model pendidikan multikultural yang pernah ada dan sedang dikembangkan oleh negara-negara maju, dikenal lima pendekatan, yaitu : pertama, pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau multikulturalisme. Kedua, pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau pemahaman kebudayaan, ketiga, pendidikan bagi pluralisme kebudayaan. Keempat, pendidikan dwi-budaya. Kelima,pendidikan multikultural sebagai pengalaman moral manusia.
B.        Paradigma Pendidikan Multikultural
Ali maksum menggambarkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang masyarakatnya sangat majemuk atau pluralis. Kemajuan bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua prespektif, yaitu : horizontal, kemajemukan bangsa kita dapat dilihat dari perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, pakaian, makanan, dan budaya. Vertikal, kemajemukan bangsa kita dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, pemukiman, pekerjaan, dan tingkat sosial budaya.
Pakar pendidikan, Syarif Sairin ( 1992 ), memetakan akar-akar konflik dalam masyarakat majemuk,
1. Perebutan sumber daya, alat-alat produksi, dan kesempatan ekonomi.
2. Perluasan batas-batas sosial budaya.
3. Benturan kepentingan politik, ideologi, dan agama.
Pendidikan multikulturalisme biasanya mempunyai ciri-ciri :
1.      Tujuan membentuk “ manusia budaya “ dan menciptakan “ masyarakat berbudaya “.
2.      Materinaya mengajarkan nilai-nlai luur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis.
3.      Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis.
4.      Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya.
C.        Pendekatan Pendidikan Multikultural
Men-design pendidikan multikultural dalam tatanan masyarakat yang penuh permasalahan antara kelompok, budaya, suku, dan lain sebagainya, seperti Indonesia, mengamdung tantangan yang tidak ringan.
Ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan multikultural. Pertama tidak lagi menyamakan pandangan pendidikan dengan persekolahan,atau pendidikan multikultural dengan progrma-program sekolah formal. Kedua menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik. Ketiga interaksi insentif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi maka dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya untuk mendukung sekolah-sekolah yang tyerpisah secraa etnik merupakan antietnis terhadap tujuan pendidikan multikultural. Keempat pendidikan multiltural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kelima kemungkinan bahwa pendidikan meningkatkan kesadaran tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan.
D.        Pendidikan Berbasis Multikultural
Hilda Hernandez, telah diungkapkan dua definisi ‘klasik’ untuk menekankan dimensi konseptual MBE yang penting bagi para pendidik. Definisi pertama menekankan esensi MBE sebagai prespektif yang mengakui realitas politik,sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang ko pleks dan beragam secara kultur. Definisi ini juga bermaksud merefleksikan pentingnya budaya, ras, gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi dan [pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.
E.         Wacana Pendidikan Multikultural di Indonesia
Menurut Azyumardi Azra, pada level nasional berakhir sentralisme kekuasaan yang pada masa orde baru memaksakan “ monokulturalisme “ yang nyaris seragam memunculkan reaksi balik, yang mengandung implikasi negatif bagi rekontruksi kebudayaan Indonesia yang multikultural.

F.         Pendidikan Multikultural dan Pendidikan Global
Pendidikan multikultural berarti menegmbangkan kesadaran atas kebanggaan seseorang terhadap bangsanya. Dengan demikian pendidikan global tidak mengurangi pengembangan kesadaran akan kebanggaan terhadap suatu bangsa. Dalam pendidikan multikultural dapat diidentifikasikan perkembangan sikap seseorang dalam kaitannya dengan kebudayaan-kebudayaan lain dalam masyarakat lokal sampai kepada masyarakat dunia global. James Banks mengemukakan beberapa tipologi sikap seseorang terhadap identitas etnik atau cultural identity, :
1.         Ethnic psychological captivy
2.         Ethnic encapsulation
3.         Ethnic identifities clarification
4.         The ethnicity
5.         Multicultural ethnicity
6.         Globalisme
G.        Menuju Multikulturalisme Global
Multikulturalisme global berangkat dari kenyataan sejarah di mana budaya-budaya bangsa begitu majemuknya, sehingga monokulturalisme, buday tunggal, tidak mungkin menjadi agenda sebuah negara bangsa untuk dipaksakan kepada bangsa-bangsa lain.

Pengertian budaya di sisni tidak terbatas dalam seni, tapi mencakup segala hal yang menjadi proses dan produk sebuah komunitas : agama,ideologi,sistem hukum,sistem pembangunan, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar